Beli Rumah, Sekarang atau 10 Tahun Lagi?
Satu ketika, seorang teman bercerita kepada saya bahwa ia belum ingin memiliki sebuah rumah, nanti saja sambil mengumpulkan uang, mungkin 5 atau 10 tahun lagi, baru beli secara cash. Usut punya usut, ia tidak mau berhutang kepada bank, karena alasan penting, yaitu riba. Terus terang, saya pribadi saat itu belum “anti” riba. Saat itu, saya masih “gemar” berhutang, punya uang sedikit, lalu mencari-cari apa yang mau dibeli, entah tanah kah atau rumah, lalu setelah menemukan yang diincar, tinggal urusan bank, cari skema cicilan hutang! Cocok, beli, lalu ke bank, ambil uang, ke notaris, bayar, lalu tinggal hidup hemat, membayar cicilan sesuai tenor. Alhamdulillah, sekarang saya sudah tidak ingin lagi bermain dengan hutang bank, setidaknya hutang di bank konvensional, insyaAllah. Tapi karena saat itu saya masih menganggap riba itu bukan masalah (tentunya masing-masing orang boleh berbeda pendapat mengenai hal ini ya), maka tentunya apa yang kemudian saya sarankan kepada si teman tersebut adalah, belilah rumah sekarang, cari uang ke bank, cicil tiap bulan selama beberapa tahun.
Kenapa sebaiknya membeli rumah saat itu dan bukan menunggu 10 tahun lagi ketika nanti uang sudah terkumpul? Karena berdasarkan pengalaman pribadi, harga properti di Jogja terutama tanah akan naik 10 kali lipat dalam 10 tahun, atau setidaknya mendekati itu! Sebagai gambaran, sebuah rumah yang di tahun 2007 berada di level harga 100 juta, maka di 2019 sudah berada di harga lebih dari 700 juta rupiah! Sebidang tanah yang pada tahun 2011 seharga 100 juta, maka di tahun 2019 sudah berada di harga sekitaran 800 juta! Nah, apa artinya? Kenaikan harga properti khususnya di area Jogja, masih jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan suku bunga bank. Maksudnya, jika di 2007 kita mengambil kredit ke bank senilai 100 juta dengan tenor 10 tahun, maka secara total di akhir cicilan, insyaAllah kita “hanya” akan mengeluarkan uang sejumlah maksimal 200 juta, itupun sudah dengan perhitungan terbanyak.
Sekarang kita bayangkan jika saat itu kita tidak membeli rumah, berharap bahwa 10 tahun lagi kita akan memiliki sejumlah uang yang cukup untuk membelinya secara cash, atau setidaknya 5 tahun lagi, mungkin kita mendapat rejeki nomplok sehingga dalam waktu 5 tahun kita memiliki simpanan uang senilai 200 juta. Setelah uang terkumpul 200 juta dalam waktu 5 tahun, kita mencoba survei untuk membeli sebuah rumah. Kira-kira apa yang kita dapati? Iya betul, harga rumah yang sama 5 tahun kemudian sudah naik berlipat-lipat. Jika 5 tahun yang lalu masih seharga 200 jutaan, maka kemungkinan saat ini sudah berada di harga 500-600 jutaan. Betul? Artinya, tabungan kita yang sudah terkumpul selama 5 tahun sebanyak 200 juta, tidak cukup lagi untuk membeli rumah yang dulu kita idamkan. Itulah, kenapa saya pribadi masa itu memberi saran teman tersebut, untuk pergi ke bank dan membeli rumah tahun itu juga, tidak menunda 5-10 tahun lagi ketika sudah punya tabungan cukup, iya kalo bisa menabung, kalau tidak? Kemungkinan besarnya sulit menabung, dipakai ini itu lah, beli ini itu lah, dan sebagainya.
Lalu, muncul satu pertanyaan lagi, bagi orang-orang yang anti riba harus bagaimana? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, insyaAllah saya akan menjawabnya pada tulisan yang lain. Kebetulan saya pribadi pun saat ini sudah tidak hobi berhutang kepada bank, baik konvensional maupun syariah. Semoga, artikel diatas cukup membantu para pembaca semua, menambah wawasan dan pengetahuan meskipun sedikit. Terimakasih.
Daftar Pustaka
https://bri.co.id/simulasi-keuangan. Diakses pada 21 Agustus 2020.
https://www.bpddiy.co.id/index.php?page=produk⊂=simulasi. Diakses pada 21 Agustus 2020.
Label
Fasilitas komentar tidak disertakan.