PENGARUH PENGENALAN KARAKTER PRIBADI TERHADAP KESUKSESAN MENGELOLA PEKERJAAN
PENGARUH PENGENALAN KARAKTER PRIBADI TERHADAP KESUKSESAN MENGELOLA PEKERJAAN
PENDAHULUAN
Penelitian Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan kesuksesan dalam bekerja hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Orang-orang sukses di dunia dapat berhasil karena lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa kualitas pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. .
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dikelompokan dalam: (Mochtar Buchori, 2007)
- Olah Hati (Spiritual and emotional development)
- Olah Pikir (intellectual development)
- Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development) dan
- Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development).
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata diklat. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata diklat perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta diklat sehari-hari di lingkungannya baik perusahaan ataupun masyarakat.
PENTINGNYA PENGENALAN KARAKTER PRIBADI
Character Building bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan dan pelatihan (diklat) yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui character building diharapkan peserta diklat mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Character Building pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya organisasi yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua pegawai, dan masyarakat. Budaya organisasi merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra organisasi tersebut di mata masyarakat luas.
Ali Ibrahim Akbar (2009) menyatakan bahwa praktik pendidikan dan pelatihan di Indonesia cenderung berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ), dan spiritual intelligence (SQ). Pelatihan diberbagai institusi pendidikan dan pelatihan lebih mengedepankan pada aspek teknis dan keterampilan
Seiring perkembangan jaman, diklat yang hanya berbasiskan hard skill hanya menghasilkan lulusan yang hanya memiliki peningkatan keterampilan teknis. Pada saat ini kurikulum diklat juga harus berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi sosial) sebab pengembangan soft skill sangat penting dalam pengenalan karakter sehingga akan dihasilkan lulusan peserta diklat yang mampu bersaing, beretika serta bermoral
Pendidikan soft skill merupakan bagian ketrampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Mengingat soft skill lebih mengarah kepada keterampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan lainnya. Pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skill yang dimiliki masing-masing individu juga berbeda.
Dewasa ini banyak pihak perusahaan menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada karyawan mereka. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena agar karyawan dapat bekerja dengan hati yaitu lebih disiplin, loyal dan ikhlas dalam mengerjakan tugasnya sehari-hari. Oleh karena itu, lembaga diklat diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta diklat melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta : UMM Press
Florence Littaeur. 1983. Personality Plus. Jakarta : Bina Rupa Aksara
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Jaringan. Laman : http:// bahasa. kemdiknas.go.id/kbbi/index.php
Muwafik Saleh. 2012. Membangun Karakter dengan Hati Nurani. Jakarta : Erlangga
Yahya Khan. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Jakarta : Pelangi Publishing
Fasilitas komentar tidak disertakan.