Tumbuh Negatif, Industri Kayu Kekurangan Bahan Baku
Industri barang kayu dan hasil hutan menjadi satu-satunya cabang industri yang tumbuh negatif di 2010. Sektor ini tumbuh jeblok yaitu minus 3,5%.
"Ada beberapa hal kenapa tumbuh negatif. Bahan baku, banyak sekali beberapa pengusaha mengeluhkan kekurangan bahan baku," kata Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian Dedi Mulyadi di acara konferensi pers, Selasa (8/2/2011).
Dedi menjelaskan kurangnya bahan baku oleh pelaku industri kayu karena masih ada kebijakan yang memperbolehkan ekspor bahan baku. Sementara bahan baku itu dimanfaatkan oleh negara pesaing Indonesia dan mengisi pasar ekspor produk Indonesia di luar negeri.
"Sehingga ini menjadi peluru untuk menyangi kita," katanya.
Misalnya di sektor furnitur rotan, kasus ini jelas-jelas benar terjadi yang berimbas banyak pelaku industri yang gulung tikar dengan kinerja ekspor melorot tajam.
"Ke depannya harus sumber bahan baku menjadi satu kesatuan. Kita harus merebut pasar yang sudah direbut," jelasnya.
Di 2010 industri pengolahan (non migas) tumbuh 5,1% diantaranya industri makanan, minuman dan tembakau tumbuh 2,7%, industri tekstil, barang kulit dan alas kaki tumbuh 1,7%, industri kertas dan barang cetakan 1,6%, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet 4,7%, industri semen dan bahan galian non logam 2,2 %, industri logam dasar, besi, dan baja tumbuh 2,6%, industri alat angkut, industri mesin dan peralatan tumbuh 10,4%, industri barang lainnya 3%, dan industri barang kayu dan hasil hutan tumbuh minus 3,5%.
Fasilitas komentar tidak disertakan.