Andakah Seorang Pemimpin Sejati?

Tak ada zaman yang begitu mengharapkan pemimpin yakni orang-orang yang bisa berbuat sesuatu seperti zaman sekarang. Dunia mencari orang yang punya kualitas positif, inisiatif pribadi, keputusan tepat, superioritas, kekuatan karakter, kebaikan dan mempertimbangkan orang lain, yakni orang yang mampu membuat rencana dan melewati perjalanan menuju ke tempat tujuan. (Sidney Newton Bremer, Ph.D)

 

Djamaludin Ancok, pada sebuah diklat kepemimpinan yang pernah saya ikuti mengatakan bahwa  seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan perasaan bermakna (meaning) dalam bekerja. Bekerja bukan hanya dimaknai sebagai  persoalan mencari uang semata namun ada hal yang jauh lebih mulia di balik itu semua. Beliau mengutarakan satu pertanyaan kepada peserta diklat: Apa yang harus dilakukan oleh  seorang  pemimpin membantu memberikan makna atas pekerjaannya kepada karyawan yang bekerja di perusahaan listrik? Pak Djamal, demikian ia biasa dipanggil, meminta kita membayangkan betapa mengerikannya di saat seorang sedang operasi jantung di rumah sakit, karyawan di perusahaan listrik lalai dan tiba-tiba listrik mati di saat jantung sedang dioperasi. Dari sini kita bisa lihat betapa setiap pekerjaan dan apapun jenis  pekerjaannya, bila kita mau memaknai lebih dalam sebenarnya berkaitan dengan kemaslahatan umat manusia. Apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang sangat berharga bukan hanya bagi diri kita namun juga bagi orang lain. Sayangnya terkadang kita hanya memberikan pemaknaan yang dangkal atas pekerjaan yang kita jalani. Disinilah peran seorang pemimpin. Pemimpin berkewajiban untuk menginspirasi karyawan dengan inspiring motivation untuk menghayati betapa besarnya kontribusi seorang karyawan  bagi kepentingan umat manusia.Selain itu yang tak kalah penting seorang pemimpin perlu memanusiakan manusia. Dia memperlakukan karyawan sebagai anggota perusahaan yang terhormat (membership), bukan hanya sebagai pekerja yang dibayar upahnya karena dia sudah menyelesaikan tugas. Dia sangat peduli dengan karyawannya (individual consideration).

 

Pemimpin Sejati

 

Konsep kepemimpinan umum biasanya dikaitkan dengan konsep kuasa (power). Karena pemimpin diidentikkan dengan kuasa, muncul opini umum yang mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki kuasa. Kuasa itu sendiri sering kali didefinisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Beberapa sumber kuasa yang populer termasuk posisi, uang, fisik, senjata, kepakaran, dan informasi.

 

Namun sesungguhnya kepemimpinan memiliki dimensi yang luas yang tidak hanya mencakup gelar jabatan atau kekuasaan yang disandang seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out), sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan juga merupakan proses yang panjang dari transformasi seseorang menjadi individu yang selalu ingin menjadi  lebih baik. Ketika seseorang menemukan makna atas hidupnya, ketika kedamaian dalam diri (inner peace) lahir dalam diri seseorang, kemudian terbentuklah satu karakter yang kokoh, dan ketika setiap kata dan perbuatannya memberikan pengaruh kepada lingkungan, saat itulah seseorang mentransformasikan dirinya menjadi pemimpin sejati.

 

Kepemimpinan sejati juga terletak pada karakter kuat yang dimiliki oleh seseorang. Bagi pemimpin sejati perubahan karakter adalah segala-galanya. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.

 

Pemimpin yang melayani

 

Pemimpin yang melayani (servant leadership) dikembangkan oleh  Robert K Greenleaf pada tahun 1970. Menurutnya servant leadership merupakan falsafah praktis yang mendahulukan tanggung jawab melayani dan tanggung jawab memimpin sebagai cara untuk meningkatkan pelayanan kepada setiap manusia di dalam masyarakat.

 

Kenneth Blanchard,  Chief Spiritual Officer di Ken Blanchard Companies, Inc., sebuah badan pelatihan manajemen dan konsultan internasional, mengatakan hal yang senada. Menurutnya kepemimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.

 

Dalam bukunya yang bertajuk “The Secret – Rahasia Kepemimpinan”, Ken Blanchard mengetengahkan konsep SERVE yang merupakan singkatan dari lima kata kunci yaitu:

 

See the Future (Melihat  Masa Depan) 

See the Future (Melihat  Masa Depan),

Engage and Develop Others (Libatkan dan Kembangkan Orang Lain),

Reinvent Continuously (Temukan Kembali Terus Menerus),

Value Results and Relationship (Hargai Hasil dan Hubungan),

Embody The Values (Mewujudkan Nilai)

 

Lebih lanjut Blanchard menjelaskan bahwa seorang pemimpin yang melayani harus mampu memandu orang-orang untuk melihat masa depan melalui serangkaian visi dan tujuan yang mampu menarik hati. Para pemimpin yang sukses selalu membagikan visi mereka dan mendorong para anggotanya untuk bereksperimen, membimbing dan mencarikan jalan yang akan menuntun mereka untuk merealisasikan visi tersebut.

Hal serupa juga disampaikan oleh Kotter (1990) , ia menyebutkan bahwa pemimpin harus memulai dengan menetapkan arah setelah ia  mengembangkan suatu visi tentang masa depan, dan kemudian menyatukan langkah orang-orang dengan mengkomunikasikan penglihatannya dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan-rintangan.

 

Pemimpin yang melayani juga tercermin dari nasihat Ki Hajar Dewantoro, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Keteladanan sangat diperlukan dalam hal ini, sehingga pihak yang dipimpin memperoleh contoh-contoh yang baik dan merasa dimanusiakan. Memanusiakan manusia menjadi kata kunci dalam kepemimpinan yang melayani. (NHK, dari berbagai sumber)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Fasilitas komentar tidak disertakan.

Zona Integritas

Zona Integritas BDI Yogyakarta