Diklat Pengembangan Kerajinan Bambu
Bambu merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan, seperti bahan bangunan, alat transportasi, peralatan rumah tangga, kerajinan hingga alat musik. Potensi bambu sebagai produk yang ramah lingkungan, multi-fungsi, dan menguntungkan, sangatlah besar apabila diperhatikan secara serius seluruh pemangku kepentingan industri bambu. Bambu dapat menjadi panel, lantai, bio-fuel, furniture dan kebun bambu itu sendiri dapat menjadi lokasi carbon catchment yang memiliki nilai ekonomi. Bambu memiliki image yang sangat bagus yaitu bamboo is the green material. Saat ini Eropa membutuhkan 700 ton bambu panel per bulan, sementara AS membutuhkan 20 juta ton per tahun. Namun demikian, bambu bagi masyarakat di Indonesia masih terbatas pada pemanfaatan tradisional dan lebih bersifat kultural. Di Indonesia sendiri dikenal memiliki banyak tumbuhan bambu, sekitar 124 jenis bambu tumbuh di alam Indonesia, namun yang banyak dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat baru sekitar 20 jenis bambu, seperti misal bambu duri, andong, ampel, tali, betung, kuning, wulung dan lain sebagainya. Dari bambu tersebut telah banyak dihasilkan barang-barang kerajinan baik berupa anyaman maupun dalam bentuk lain sebagai barang pakai hingga souvenir. Dalam rangka membantu meningkatkan daya saing para pelaku usaha dalam diversifikasi desain produk bambu sehingga dapat menjadi kerajinan yang menarik dan dapat memasuki pasar dalam maupun luar negeri, BDI Yogyakarta menyelenggarakan Diklat Pengembangan Kerajinan Bambu yang pada kesempatan kali ini diselenggarakan atas kerjasama dengan Dinas Perindag Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Diklat ini diselenggarakan pada tanggal 15 s.d 20 April 2013 bertempat di Desa Tambaharjo, Adimulyo, Kebumen dan diikuti oleh 30 perajin bambu.
Fasilitas komentar tidak disertakan.