Dekranasda DIY dan BDI Yogakarta Gelar Diklat Pembuatan Batik Tulis.
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DIY bersama Badan Diklat Industri Yogyakarta menggelar diklat 3 in 1 pembuatan batik tulis.
Diklat ini digelar pada 17-22 Mei di BDI Yogyakarta.
Wakil Ketua III (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Dekranasda DIY Tazbir Abdullah mengatakan, diklat ini dikhususkan bagi generasi muda atau generasi millennial.
Menjadi hal penting bagi Dekranasda DIY untuk mempertahankan sustainability membatik melalui generasi muda.
Terlebih, kata Tazbir, Dekranasda DIY melihat suatu potensi untuk bekerja sama dengan Balai Diklat Industri Yogyakarta setelah Yogyakarta mendapat predikat Kota Batik Dunia.
Diklat ini digelar pada 17-22 Mei di BDI Yogyakarta.
Wakil Ketua III (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Dekranasda DIY Tazbir Abdullah mengatakan, diklat ini dikhususkan bagi generasi muda atau generasi millennial.
Menjadi hal penting bagi Dekranasda DIY untuk mempertahankan sustainability membatik melalui generasi muda.
Terlebih, kata Tazbir, Dekranasda DIY melihat suatu potensi untuk bekerja sama dengan Balai Diklat Industri Yogyakarta setelah Yogyakarta mendapat predikat Kota Batik Dunia.
"Ini spesifik khusus millennial. Jadi semua peserta kita batasi khusus millennial. Jadi ini tujuan utamanya mempertahankan, dan ada evaluasi juga dari WCC (World Craft Cuncil). Supaya Jogja bisa terus melakukan inovasi yang bisa mempertahankan itu," papar Tazbir, Selasa (18/5/2021).
Sementara itu, Kepala Balai Diklat Industri (BDI) Yogyakarta, Tevi Dwi Kurniaty mengatakan program ini merupakan bagian dari tugas pokok BDI Yogyakarta.
Diklat batik ini juga yang pertama kali digelar oleh BDI Yogyakarta.
"Kami mencoba kali ini memberikan pelatihan bagi generasi muda untuk mengikuti diklat batik karena termasuk dalam kerajinan itu," kata Tevi.
Ia menambahkan, diklat ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Aku Bangga Buatan Indonesia, serta melihat Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.
"Saya ingin mengajak generasi milenial mengikuti pelatihan batik dalam kegiatan itu," paparnya.
Tevi pun mengungkapkan, pihaknya tak menyangka respon generasi muda di Yogyakarta untuk mengikuti diklat ini sangat tinggi.
Dari 130an orang yang mendaftar hanya 32 saja yang terpilih untuk mengikuti diklat.
"Kami coba, dan tidak menyangka, kami umumkan setengah jam pesertanya membludak. Kami hanya butuh 30 awalnya untuk mencoba, tapi yang mendaftar sampai 130 lebih," ungkap Tevi.
"Jadi dengan Dekranasda diseleksi, dapatlah untuk yang pertama ini 32 orang," imbuhnya.
Tevi melanjutkan, jika program ini sukses, akan dilanjutkan untuk angkatan kedua.
"Artinya jika semua punya bakat dan ide untuk mengembangkan batik, ini akan kami lanjutkan untuk angkatan kedua. Semua kita akomodir, semua peserta nol biaya. Semua fasilitas ini dibebankan pada anggaran BDI Yogyakarta," tuturnya.
Salah satu peserta diklat asal Bantul, Al Qodri (27) mengatakan program ini menjadi peluang baginya.
Ia mencoba menekuni batik ini lantaran terimbas pandemi.
"Karena pandemi ini nanti misal mau usaha sendiri juga susah. Tapi kalau ada penempatan bisa belajar kembali. Saya sebelumnya kerja, tapi karena pandemi ini ada usaha kecil-kecilan tapi juga berhenti. Saya baru banget mencoba batik, sebelumnya yang menekuni istri saya. Jadi saya mau nggak mau juga menekuni," jelasnya.( Tribunjogja.com )
Label
Fasilitas komentar tidak disertakan.