Mengenal Waste Yang Keenam, Excess Motion

Dalam seri tulisan ”The Seven Waste” yang ketujuh ini, kita akan berfokus untuk membahas waste yang keenam, yaitu Gerakan berlebih/tidak diperlukan (Excess motion).

Yang dimaksud dengan excess motion adalah setiap pergerakan manusia atau mesin yang sebenarnya tidak diperlukan atau dengan kata lain gerakan pekerja yang tidak berkaitan langsung dengan nilai tambah. Pemborosan jenis ini sangat berpengaruh pada efisiensi dari jalur produksi itu sendiri. Secara spesifik, semua gerak yang membutuhkan usaha fisik berlebih dari pekerja merupakan pemborosan. Beberapa contoh waste jenis ini adalah:

  • membungkuk, mengangkat, dan menggapai
  • gerakan hilir mudik mencari alat bantu
  • mengambil dan mengembalikan alat kerja dari tempat kerja ke tempat penyimpanan yang letaknya berjauhan

Pemborosan ini dapat disebabkan oleh pergerakan terhadap material, manusia yang tidak perlu pada saat proses produksi sehingga mengakibatkan rendahnya aliran kerja, juga karena layout yang buruk serta karena komponen atau kontrol yang jauh dari jangkauan.

Gerakan-gerakan yang berlebihan dan sebenarnya kurang penting juga termasuk kategori waste. Gerakan-gerakan yang tidak efektif seringkali ditimbulkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah:

  • proses kerja yang tidak teratur
  • masalah perawatan mesin maupun pabrik yang kurang diperhatikan sehingga menimbulkan pemborosan bagi orang di sekitarnya,
  • metode kerja yang tidak konsisten serta tidak adanya standar kerja yang terdokumentasi dengan baik dan benar.

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan excess motion inidiantaranya adalah penataan stasiun kerja yang mudah untuk dijangkau dan aman untuk operator, serta penataan meja kerja agar memenuhi persyaratan ergonomi sehingga tidak menyebabkan pekerja menjadi cepat lelah dan dalam jangka panjang dapat mengalami gangguan kesehatan.

 

Posisi kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan excess motion. Sebagai contoh, posisi kerja dengan cara berjongkok, selain tidak memenuhi prinsip ergonomi, yang berakibat pada faktor kelelahan kerja, juga dapat menyebabkan excess motion karena setiap kali produk yang tengah dikontrol habis (dari kardus/wadah), maka pekerja harus berdiri guna mengambil produk yang berada di atasnya. Akan lebih baik jika untuk pekerjaan tidak dilakukan dengan berjongkok, tapi dilakukan dengan posisi berdiri atau duduk pada kursi dengan menggunakan meja kerja.

 

DAFTAR REFERENSI

 

Abdullah, Fawaz, Lean Manufacturing Tools and Techniques In The Process Industry With the Focus on Steel, Dissertation, University of Pittsburgh, 2003.

 

Akinlawon, Akin, Thingking Of Lean Manufacturing System.

 

Becker, Ronald, Lean Manufacturing And The Toyota Production System.

 

Fanani, Zaenal,dkk., Implementasi lean manufacturing untuk peningkatan produktivitas (studi kasus pada pt. ekamas fortuna malang), Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIII, Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 5 pebruari 2011.

 

Fitriyah, Ni’matul., Peningkatan mutu produk kain grei pada departemen weaving iii PT. Dan liris Sukoharjo dengan menggunakan pendekatanLean six sigma, Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012.

 

Jahja, Kristianto, 5R, Productivity & Quality Management Consultants, Jakarta Pusat, 1995.

 

Jeffrey K. Liker, The Toyota Way: 14 Management Principles from theWorld's Greatest Manufacturer, McGraw-Hill © 2004.

 

Monden, Yasuhiro, Sistem Produksi Toyota, Seri Manajemen Operasi No.8, Edisi Indonesia , Cetakan pertama, PPM, Jakarta, 1995.

Fasilitas komentar tidak disertakan.

Zona Integritas

Zona Integritas BDI Yogyakarta