PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA BAGI GENERASI MUDA INDONESIA

PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA BAGI GENERASI MUDA INDONESIA

 

 

PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA BAGI GENERASI MUDA INDONESIA

 

 

A. PENDAHULUAN

 Dahulu kewirausahaan dianggap dapat dilakukan melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Seseorang yang mempunyai bakat kewirausahaan dapat mengembangkan bakatnya melalui pendidikan,pelatihan dan pengalaman. Mereka yang menjadi enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir usahanya. Untuk menjadi wirausaha yang sukses mempunyai bakat saja tidak cukup namun diperlukan pengetahuan memadai mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuni.

Sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah diperkenalkan di beberapa negara misalnya di Belanda dikenal dengan istilah  “Ondernemer” sedangkan  di Jerman dikenal dengan “Unternehmer”. Di beberapa negara, kewirausahaan memiliki banyak tanggung jawab antara lain tanggung jawab dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan organisasi penyediaan modal, penanganan tenaga kerja, pembelian, penjualan, pemasangan dan sebagainya.

Teodore Levit mendefinisikan bahwa kewirausahaan adalah proses yang  berkaitan dengan kreativitas dan inovasi dalam memahami peluang, mengorganisasi dan mengelola sumber-sumber sehingga peluang itu terwujud menjadi suatu usaha yang mampu menghasilkan laba atau nilai untuk jangka waktu yang lama. Definisi dari Levit tersebut menitikberatkan kepada aspek kreativitas dan inovasi, karena dengan sifat kreativitas dan inovatif seseorang dapat menemukan peluang. Kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing) oleh karena itu Levit menambahkan bahwa kewirausahaan berarti berfikir dan bertindak sesuatu yang baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.

Wirausaha adalah bagian dari kewirausahaan. Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi luhur dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri dapat melahirkan suatu skarya untuk kemajuan kemanusiaan yang berlandaskan kebenaran dan kebaikan (Yuyun Wirasasmita, 1982). Wirausahawan menurut Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan untuk mencari kombinasi baru yang merupakan gabungan dari proses inovasi yaitu mencakup hal-hal berikut:

  1. Menemukan pasar baru,
  2. Pengenalan barang baru
  3. Metode produksi baru
  4. Sumber penyediaan bahan mentah baru dan
  5. organisasi industri baru

Wirausaha menurut Ibnu Soedjono (1993) adalah seorang entrepreneurial action yaitu seseorang yang berjiwa inisiator, inovator, kreator dan organisator dalam suatu kegiatan usaha yang dicirikan dengan sifat sebagai berikut:

  1. selalu mengamankan investasi terhadap resiko dan bersikap mandiri
  2. berkreasi menciptakan nilai tambah
  3. selalu mencari peluang dan berorientasi ke masa depan.

 

B. MEMBENTUK JIWA WIRAUSAHA

Berwirausaha memang tidak mudah sehingga calon wirausaha harus siap menjalani berbagai tantangan. Tidak sedikit orang yang berhenti menjadi wirausaha dan lebih menyukai untuk melamar pada perusahaan untuk bekerja menjadi karyawan dengan gaji yang aman dan rutin setiap bulan. Berbagai tantangan harus siap dihadapi oleh calon wirausaha misalnya penghasilan yang tidak tetap,  fluktuasi kenaikan harga-harga kebutuhan hidup serta yang paling penting adalah komitmen diri. Salah satu penyebab banyaknya wirausaha yang bangkrut adalah masih terbatasnya kemampuan  untuk berinovasi dan berkreativitas.

Berwirausaha tak cukup hanya bermodalkan rasa ingin belaka namun harus diiringi dengan komitmen dan konsistensi. Apalagi tingkat persaingan usaha dan perilaku pasar semakin dinamis sehingga wirausahawan harus memiliki keyakinan, cita-cita untuk menjadi besar diawali dengan langkah-langkah kecil. Calon wirausahawan harus belajar banyak lebih dulu tentang kemampuan dirinya sendiri yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, melakukan analisis dan survey pasar sehingga dapat menetapkan bidang usaha apakah yang cocok untuk mereka tekuni. Meskipun resiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil resiko dengan jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar. Belajar dari pengalaman lampau akan membantu wirausahawan untuk mencapai hasil yang lebih positif.

Wirausahawan harus selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil dan  tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, wirausahawan harus selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Tindakan dalam wirausaha tidak didasari oleh spekulasi melainkan dengan perhitungan yang matang.

Dusselman (1989) menambahkan bahwa seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan ditandai oleh pola tingkah laku sebagai berikut :

  1. Keinovasian dalam menciptakan, menemukan dan menerima ide baru
  2. Keberanian menghadapi resiko dalam menghadapi ketidakpastian dan pengambilan keputusan.
  3. Kemampuan manajerial dalam aspek perencanaan, pengkoordiniran, pengawasan dan pengevaluasian usaha.
  4. Kepemimpinan dalam memotivasi, melaksanakan dan mengarahkan terhadap tujuan usaha.

Sedangkan menurut Suryana (2003) jiwa seorang wirausaha bercirikan sikap sebagai berikut:

  1. Percaya diri pada keyakinan serta optimis
  2. Berorientasi pada tugas, hasil dan prestasi
  3. Mempunyai tekad kuat, energik dan selalu berinisiatif
  4. Suka pada tantangan dan pengambil resiko
  5. Mempunyai visi dan misi yang kuat

 

 KESIMPULAN

Menjadi seorang wirausaha lebih daripada sebuah pekerjaan. Berwirausaha adalah suatu prinsip yang akan mempengaruhi strategi karir berwirausaha. Menjadi seorang wirausaha harus mempunyai jiwa inovatif dan kreatif. Wirausahawan juga harus mampu merencanakan, mengambil resiko, mengambil keputusan dan mengambil tindakan untuk mencapai tujuan.

Wirausaha harus bersedia bekerja dalam menghadapi keadaan yang selalu berubah dan ketidakpastian Hal ini berarti bahwa wirausahawan perlu menyusun prioritas kerja dan hasil yang diinginkan. Prioritas yang disusun harus bersifat menantang dan memberi motivasi untuk terus belajar dalam mengembangkan kewirausahaan.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. 2000. Kewirausahaan. Bandung : Alfabeta

Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Erlangga

 Cahyono, Aris Dwi. 2013. Penanaman Jiwa Kewirausahaan. Yogyakarta : Gava Media

Kasali, Rhenald. 2012. Wirausaha Muda Mandiri. Jakarta : Gramedia

 Tarsis, Tarmuji. 1996. Manajemen Resiko Dunia Usaha. Jakarta : Liberty

 Pratikyo, Yanto Sidik. 2009. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : PPM

 Santoso. 1993. Lingkungan Tempat Tinggal dalam Menentukan Minat Berwiraswasta FKIP UNS (Laporan Penelitian). Surakarta : UNS

Soemahamidjaja, Soeparman. 1997. Membina Sikap Mental Wirausaha. Jakarta : Gunung Jati Press

 

 

Fasilitas komentar tidak disertakan.

Zona Integritas

Zona Integritas BDI Yogyakarta