Memaksimalkan Pikiran Positif Dalam Meraih Cita-Cita

Berpikir positif adalah metode yang digunakan oleh banyak orang di seluruh dunia untuk berbagai alasan. Dengan mempraktekkan berpikir positif, kita akan membuka diri sendiri sampai mengalami hasil yang baik dan bermanfaat dalam hidup kita. Kita akan mulai melihat ke dalam situasi yang baik, bukan berfokus pada aspek negatif. Kita tidak akan mendiamkan hal-hal yang tidak membawa kebahagiaan bagi diri kita. Sebagai gantinya, kita akan melihat sesuatu sebagai bahan pembelajaran.

Tidak semua orang percaya pada kekuatan berpikir positif. Sebagian orang mencemooh bahwa ide dan pikiran bawah sadar sangat berperan dalam pengaturan tujuan. Mereka tidak percaya bahwa berpikir positif mempunyai dampak positif pada kehidupan mereka. Tetapi, mereka percaya bahwa apa yang mereka dapatkan dalam hidup ini semuanya adalah karena nasib.

Orang-orang yang mempunyai penyakit berat seperti kanker harus selalu berpikir positif sebagai salah satu cara untuk memperkuat diri mereka dari dalam. Hasilnya, orang-orang yang berpikir positif saat mendapatkan hasil medis mereka menemukan bahwa kesehatan mereka menjadi lebih baik. Pikiran bawah sadar mengisi tubuh mereka dengan energi positif dan membantu meningkatkan pemulihan tubuh.

Sering kita mendengar cerita nyata dari orang-orang di sekitar kita, betapa mereka berhasil mencapai apa yang mereka inginkan dengan selalu berpikiran positif. Saya mengenal seorang wanita yang semenjak kuliah di Universitas Gadjah Mada, dia memiliki keinginan yang kuat untuk kelak dapat tinggal di Jogja, dan dia memiliki cita-cita untuk menjadi dosen. Waktu berlalu dan cerita hidup pun membawanya berkelana hingga ke Jakarta untuk bekerja, pikiran positifnya selalu dia ungkapkan lewat doa-doa dalam setiap sholat malamnya, hingga kemudian satu saat dia menemukan informasi lowongan sebagai dosen tetap di sebuah universitas negeri di Jogja, dan akhirnya dia pun diterima di universitas tersebut. Dua keinginannya tercapai sekaligus berkat pikiran positifnya, yaitu menjadi seorang dosen serta menetap di Jogja.

Erik Weihenmayer adalah seorang Amerika yang mengalami kebutaan semenjak usia 13 tahun. Meskipun kondisinya tidak dapat melihat, namun keinginannya untuk berpetualang begitu kuat. Dia ingin berpetualang dan melakukan apa yang orang normal dapat lakukan. Berkat keinginan yang kuat tersebut, akhirnya dia bisa mendaki gunung Everest (8.888 m), sebuah puncak gunung tertinggi di dunia, bahkan dia tercatat sebagai pendaki buta pertama yang mendaki gunung tertinggi tersebut. Tidak hanya mendaki gunung, Erik juga melakukan berbagai olahraga ekstrim lainnya seperti terjun payung, paralayang, ski, panjat tebing, arung jeram, terjun bebas, dsb. Dia juga tercatat sebagai satu-satunya orang buta yang menyusuri Grand Canyon menggunakan perahu kayak. Erik adalah contoh orang yang berhasil menyingkirkan pikiran-pikiran negatif seperti: orang buta tidak mungkin bisa mendaki gunung, bermain ski, bermain paralayang, arung jeram, menjadi motivator, menulis buku, dsb. Dia adalah salah satu contoh orang yang berhasil mencapai keinginannya dengan menggunakan pikiran-pikiran positif bahwa orang buta juga dapat melakukan kegiatan ekstrim layaknya orang yang dapat melihat. Erik semakin berhasil lagi dalam meraih keinginannya dengan cara selalu berpikiran positif ketika sekarang menjadi seorang motivator dan mengajar teknik memanjat tebing kepada siswa tuna netra di sebuah sekolah di Tibet. Dia juga menjadi penulis buku berjudul “Touch the top of the world” (mencapai puncak dunia) yang diterbitkan di sepuluh Negara dan diterjemahkan ke dalam enam bahasa.

 

Kekuatan Berpikir Positif dan Cara Mengembangkannya

Seberapa besar pengaruh pikiran kita dalam meraih kesuksesan? Jawabannya, bisa jadi 99%. Berikut ini sebuah ilustrasi dengan cerita pendek tentang bagaimana kekuatan pikiran mampu mencapai akhir yang sangat maksimal.

Suatu ketika, seorang karateka kelas dunia mengalami kondisi yang sangat lemas sebelum melakukan pertandingannya, sehingga membuatnya berpikir untuk mendatangi dokter pribadinya guna meminta suntikan doping. Sang karateka pun menyampaikan niatnya kepada dokter dan dia memohon kepada dokter tersebut agar mau memberinya suntikan doping agar dia lebih bersemangat lagi.

Dokter pun menjawab, “Baiklah, saya akan memberi kamu suntikan, tapi saya berharap hal ini tidak akan terulang lagi dan ini untuk yang terakhir kali. Anda tahu bukan, akibatnya bisa fatal apabila Anda terbukti memakai doping?”

“Iya, Dok. Saya juga sangat berharap hal ini tidak akan terulang lagi.”

Tak lama setelah percakapan itu, dokter memberikan suntikan kepada sang karateka. Setelah dokter memberikan suntikan, dia pun menjadi bersemangat. Akhir cerita, sang karateka pun menjadi juara untuk kesekian kalinya. Setelah beberapa hari, pihak penyelenggara melakukan tes terhadap sang juara yang dicurigai telah menggunakan doping. Namun, sangat mengherankan bahwa hasil tes menunjukkan bahwa Sang juara karateka dinyatakan bersih dari doping. Dia pun sadar dan menjadi terheran-heran atas hasil tes tersebut.

Sang juara kemudian menceritakan hal tersebut kepada dokter pribadinya. “Dokter, saya diperiksa oleh pihak penyelenggara pertandingan karena saya dicurigai menggunakan doping. Tapi saya heran kenapa hasilnya tidak terbukti bahwa saya menggunakan doping?”

“Sebenarnya yang saya suntikkan ke tubuh Anda waktu itu bukanlah obat doping, tetapi hanya cairan vitamin biasa. Yang membuat Anda lebih bersemangat dan bisa memenangkan pertandingan adalah pikiran Anda”, jawab sang dokter.

Sang karateka berpikir bahwa dia telah mendapat suntikan doping sehingga dia merasa kuat kembali. Dari cerita tersebut, kita menjadi semakin menyadari bahwa sekarang sudah saatnya untuk selalu berpikir positif dan berhenti mengkhawatirkan segala sesuatu yang tidak perlu. Hal terpenting yang harus kita lakukan dalam meraih keberhasilan adalah selalu berpikir positif, baik saat menjadi pemimpin, ketika berada dalam sebuah persaingan yang sehat, saat bertanding di arena, dan berbagai aktivitas lainnya. OIeh karena itu, Iatihlah diri kita untuk terus berpikir positif.

 

 

Daftar referensi:

 

Elfiky, Ibrahim., Terapi Berpikir Positif, Penerbit Zaman, Jakarta, Cetakan XIV, 2014.

 

Aulia, Muhammad., Terapi Ampuh Bisa Selalu Berpikir Positif, Penerbit Flasbooks, Yogyakarta, 2013.

 

http://international.okezone.com/read/2013/12/11/214/910800/erik-weihenmayer-tuna-netra-penakluk-puncak-everest tanggal 12 Desember 2013, diakses pada 19 Februari 2014.

Fasilitas komentar tidak disertakan.

Zona Integritas

Zona Integritas BDI Yogyakarta